Strategi Copywriting Iklan DOOH: Cara Menulis Kalimat yang Menjual di Billboard Digital
Pernah nggak, kamu baca iklan di Instagram lalu tiba-tiba pengin beli produknya, padahal sebelumnya nggak niat sama sekali?
Yap, itu sihirnya copywriting. Tapi bukan sihir beneran ya—melainkan kemampuan menyusun kata-kata yang tepat, menyentuh emosi, dan menggiring keputusan pembaca untuk bertindak: klik, beli, daftar, atau paling nggak… tertarik!
Kalau kamu seorang pebisnis, marketer, atau content creator, memahami dasar-dasar copywriting teks iklan bisa jadi senjata paling ampuh untuk meningkatkan hasil campaign kamu.
Sekilas tentang Copywriting Teks Iklan
Copywriting adalah seni menyusun kata-kata untuk tujuan komersial. Biasanya digunakan dalam iklan, landing page, email marketing, caption media sosial, atau bahkan billboard.
Namun, copywriting teks iklan bukan hanya soal menulis dengan gaya promosi. Ia adalah komunikasi persuasif—menyentuh masalah, menawarkan solusi, dan menggerakkan orang untuk bertindak. Itulah mengapa copywriter yang hebat bisa meningkatkan omzet bisnis hanya dengan mengubah beberapa kata.
Baca juga : Teknik Copywriting Paling Efektif untuk Iklan, Media Sosial, dan Website
Peranan dan Manfaat Copy writing
1. Copywriting = Penjual Tak Terlihat yang Bisa Meningkatkan Penjualanmu
Coba bayangkan kamu punya toko online, dan kamu baru saja posting produk di Instagram. Gambar sudah cakep. Produknya menarik. Tapi… engagement-nya biasa saja. Nggak ada yang klik, apalagi beli.
Kemungkinan besar masalahnya ada di caption—kata-kata yang kamu gunakan untuk meyakinkan orang.
Kata-kata yang powerful bisa mengubah sebuah postingan menjadi alat jualan paling efektif. Copywriting yang tepat mampu menyulap rasa “penasaran” jadi “ingin mencoba,” lalu pelan-pelan berubah menjadi “langsung beli sekarang.”
Contoh nyata:
Nike nggak pernah bicara soal fitur sepatunya panjang lebar. Mereka cuma bilang, “Just Do It.”
Tiga kata sederhana, tapi terasa dalam banget. Seolah bilang: “Nggak usah ragu. Apapun tantangannya, ayo jalanin.”
Dan tahukah kamu? Kalimat itu jadi slogan yang mendorong jutaan orang membeli—bukan cuma sepatu, tapi semangat.
2. Menarik Perhatian di Tengah Lautan Distraksi
Sekarang buka HP kamu. Scroll media sosial. Dalam hitungan detik, kamu akan diserbu ratusan informasi: diskon, video lucu, produk baru, promosi jasa. Persaingan perhatian itu nyata.
Kalau kalimat pertamamu nggak “menggigit”, siap-siap aja orang scroll lewat.
Copywriting yang baik tahu bagaimana menyapa orang dengan gaya yang pas. Kadang lewat pertanyaan tajam. Kadang dengan humor. Kadang dengan cerita yang relatable banget.
Contoh nyata:
Kopi Kenangan di awal kemunculannya sering pakai copy lucu di cup minumannya.
“Dia yang ninggalin kamu mungkin bukan yang terbaik. Tapi kopi ini, selalu setia.”
Lucu? Iya. Tapi lebih dari itu—bikin orang merasa nyambung. Dan orang yang merasa nyambung, biasanya jadi pelanggan.
3. Jadi “Salesman Digital” yang Kerja 24 Jam Tanpa Lelah
Coba bayangkan punya tenaga penjual yang:
- Nggak minta gaji bulanan
- Nggak pernah lelah
- Nggak minta izin cuti
- Tapi bisa terus meyakinkan orang untuk beli
Itu dia: peran copywriting. Kata-kata yang kamu taruh di website, marketplace, email marketing, atau bio Instagram, semuanya adalah salesman digital kamu.
Contoh nyata:
Traveloka punya sistem yang secara otomatis memberi notifikasi seperti:
“Tinggal 2 kamar lagi, cepat pesan sebelum kehabisan!”
Sekilas biasa. Tapi sebenarnya itu adalah copywriting yang memicu rasa takut ketinggalan (FOMO). Dan itu bekerja. Kamu jadi mikir, “Waduh, kalau nggak sekarang, bisa zonk!”
4. Menggiring Opini, Membentuk Sudut Pandang
Kadang orang ragu untuk membeli. Bukan karena nggak butuh. Tapi karena mereka belum tahu bahwa mereka butuh.
Copywriting bisa membangun argumen secara halus. Tanpa menyuruh atau memaksa, tapi mengarahkan pembaca ke cara pandang tertentu.
Misalnya gini:
“Harga kami sedikit lebih mahal karena kualitasnya tinggi.”
“Kami nggak mau kasih harga murah, tapi hasil seadanya. Karena kamu pantas dapat yang terbaik.”
Kedua kalimat itu menyampaikan hal yang sama—tapi versi kedua membingkai pesan dengan cara yang lebih menyentuh.
Contoh nyata:
Evermos menarget ibu rumah tangga dan muslimah yang ingin penghasilan tambahan. Alih-alih bilang “ini bisnis reseller biasa”, mereka pakai copy seperti:
“Jualan bisa dari rumah. Mulai tanpa modal. Untuk kamu yang ingin bantu keuangan keluarga tanpa meninggalkan rumah.”
Kalimat itu menyentuh nilai, peran, dan kebutuhan target audiensnya. Mereka tidak sedang jualan produk, mereka sedang menyampaikan harapan.
5. Menciptakan Urgensi yang Mendorong Tindakan
Salah satu manfaat paling kuat dari copywriting iklan adalah kemampuannya membuat orang merasa,
“Kalau nggak sekarang, bisa rugi.”
Tapi ini harus dilakukan dengan elegan. Bukan bohong atau manipulasi. Tapi dengan cara yang membangkitkan motivasi bertindak.
Contoh nyata:
Shopee sering pakai copy seperti:
“Flash Sale hanya 3 jam!
Barang TERLARIS, stok TERBATAS!”
Kalimat seperti ini bikin kita refleks ambil dompet. Bukan karena kita butuh banget produknya, tapi karena emosi kita dipicu untuk “nggak mau ketinggalan.”
Baca juga : Mengenal Copywriting: Strategi Menulis Iklan yang Mengubah Pembaca Jadi Pembeli!
Contoh Pengaplikasian dari Tugas Copywriting Iklan
Mari kita lihat bagaimana brand-brand besar menggunakan copywriting secara efektif:
1. Grab
- Copy: “Tarik nafas, nikmati perjalanan.”
- Tujuan: menciptakan kesan bahwa naik Grab itu nyaman, tenang, dan bebas stres.
2. Tokopedia
- Copy: “Waktu Indonesia Belanja.”
- Tujuan: positioning brand sebagai tempat belanja utama di momen promo.
3. Evermos (platform reseller Muslim)
- Copy: “Jualan bisa dari rumah, mulai tanpa modal.”
- Menargetkan ibu rumah tangga atau pelajar dengan harapan bisa cuan tanpa ribet.
Copywriting di atas bukan cuma kata-kata, tapi strategi yang dipikirkan matang, berdasarkan siapa targetnya dan apa yang mereka cari.
Bagaimana Membuat Copywriting untuk Iklan yang Menarik?
Berikut langkah-langkah yang bisa kamu ikuti:
1. Kenali Target Audience
Coba bayangin kamu lagi ngobrol sama teman. Obrolan kamu pasti beda kan antara ngobrol dengan teman dekat, sama ngobrol dengan atasan?
Begitu juga di dunia copywriting. Kamu harus tahu siapa audiens kamu, supaya bisa memilih nada yang pas, bahasa yang cocok, dan pendekatan yang tepat.
Kalau target kamu remaja perempuan yang suka skincare Korea, kamu nggak akan ngomong pakai istilah teknis ala laboratorium. Kamu akan pakai bahasa santai, mungkin diselingi emoji, dan kamu akan fokus ke hal-hal yang bikin mereka insecure: jerawat, kulit kusam, atau bekas luka.
Sementara kalau target kamu ibu rumah tangga yang ingin bisnis online, pendekatannya beda lagi. Kamu perlu menyentuh nilai-nilai seperti kebebasan waktu, bisa bantu suami, atau penghasilan dari rumah.
Copywriting yang menarik itu bukan tentang kamu. Tapi tentang mereka. Kamu nggak bisa ngomong ke semua orang. Tentukan siapa audiensmu:
- Usia?
- Masalah yang mereka alami?
- Harapan mereka?
2. Gunakan Formula Copywriting
Beberapa formula dasar yang bisa kamu pakai:
- AIDA (Attention, Interest, Desire, Action)
Contoh:- “Masih suka telat bangun?”
- “Jam alarm biasa nggak mempan?”
- “Cobain WakeMate: alarm pintar yang tahu kapan kamu harus bangun.”
- “Pesan sekarang, diskon 30%!”
- PAS (Problem, Agitate, Solution)
Contoh:- “Jerawat bikin kamu nggak percaya diri?”
- “Semakin kamu cuekin, bekasnya makin susah hilang.”
- “Coba ClearSkin. Buktikan dalam 7 hari.”
3. Fokus pada Manfaat, Bukan Fitur
Banyak orang berpikir copywriting yang bagus itu harus menjelaskan produk secara lengkap. Padahal, orang nggak beli karena logika. Orang beli karena perasaan.
Jadi kalau kamu cuma menyampaikan fakta, angka, atau fitur teknis—besar kemungkinan mereka akan lewat begitu saja.
Cobalah bercerita.
Ceritakan bagaimana produkmu bisa mengubah hidup seseorang. Ceritakan pengalaman nyata. Ceritakan proses di balik layar. Ceritakan impian yang bisa diraih jika mereka membeli produkmu.
Misalnya kamu jual jam tangan anti air. Jangan cuma bilang:
“Jam tangan ini tahan air hingga kedalaman 50 meter.”
Coba bilang:
“Waktu liburan kemarin, kami main air seharian di pantai. Semua orang sibuk lepas jam tangan. Tapi saya tetap pakai—dan jam ini tetap berdetak seperti biasa. Nggak cuma tahan air, tapi tahan gaya juga.”
Kalimat seperti itu lebih hidup. Lebih nyata. Dan lebih mengena. Orang nggak beli produkmu, mereka beli manfaatnya.
4. Tambahkan Call-to-Action (CTA)
CTA itu penting banget. Salah satu kesalahan umum saat bikin iklan adalah buru-buru “jualan”.
Contoh:
“Produk kami terbaik! Yuk beli sekarang juga!”
Ini seperti ketemu orang baru, lalu langsung ngajak nikah. Terlalu cepat.
Padahal, copywriting yang efektif akan mengajak pembaca masuk dulu ke cerita, membangun koneksi, menyentuh perasaan mereka, baru mengajak mereka ambil keputusan.
Dan keputusan itu nggak selalu harus beli langsung. Bisa juga klik, daftar, follow, atau sekadar save.
Kuncinya adalah membimbing mereka pelan-pelan, sampai akhirnya mereka merasa:
“Oke, gue mau coba.” Contohnya:
- “Beli sekarang.”
- “Klik link di bio.”
- “Coba gratis hari ini!”
Baca juga : SEO vs SEM: Mana Strategi Digital Marketing yang Cocok untuk Bisnismu?
Buat Copywriting Iklan yang Menarik Sekarang!
Setiap kata yang kamu tulis di iklan adalah peluang untuk menjual tanpa harus bicara. Dengan copywriting yang tepat, kamu bisa:
- Naikin penjualan,
- Bangun brand awareness,
- Dan bikin pelanggan jatuh hati bahkan sejak baca kalimat pertama.
Selalu uji dan ukur performa copywriting-mu. Copy yang kamu anggap “biasa aja” bisa jadi justru perform-nya tinggi. Jangan takut eksperimen.
Butuh bantu bikin copywriting untuk produk atau kampanyemu? Klik banner di bawah ini, dan konsultasikan ide bisnis kamu dengan tim CRS sekarang!