Apa Itu 360 Marketing? Strategi Promosi Efektif dari Online ke Offline
Setelah melihat video diatas, bayangkan ini.
Kamu lagi jalan kaki ke halte bus, sambil iseng buka TikTok. Video pertama yang muncul: seorang content creator mengulas minuman baru dengan gaya jenaka. Kamu senyum-senyum sendiri. Beberapa menit kemudian, kamu duduk di dalam bus, melihat iklan produk yang sama terpampang besar di billboard pinggir jalan. Malamnya, saat nonton YouTube, lagi-lagi muncul video iklan si minuman yang tadi. Aneh, ya? Tapi bukan kebetulan.
Kamu baru saja mengalami kekuatan 360 marketing. Strategi ini bukan sekadar promosi di banyak tempat—tapi tentang menghadirkan pesan brand dari berbagai arah secara serempak, terkoordinasi, dan terasa menyatu.
Apa Itu 360 Marketing?
Bayangkan promosi brand seperti membuat sebuah orkestra. Ada banyak alat musik: piano, drum, biola, saxophone. Masing-masing punya suara yang unik. Tapi ketika digabung dan dipimpin dengan komposisi yang matang, hasilnya bisa menggetarkan hati.
Nah, 360 marketing adalah orkestra dalam dunia pemasaran.
Strategi ini menggunakan semua channel yang relevan—online, offline, digital, fisik—untuk menyampaikan pesan yang sama, tapi dengan pendekatan berbeda di setiap tempat. Tujuannya? Bukan hanya agar orang tahu, tapi agar mereka merasakan pengalaman yang utuh tentang brand-mu.
Konsumen hari ini tidak loyal pada produk terbaik. Mereka loyal pada pengalaman terbaik. Dan 360 marketing adalah cara menciptakan pengalaman itu, dari semua sisi.
Baca juga : Kenapa DOOH dan Omnichannel Marketing Cocok untuk Meningkatkan Brand Recognition?
Channel 360 Degrees Marketing
1. ATL (Above The Line)
Channel ini ibarat sorotan panggung. Terang, luas, dan bisa dilihat siapa saja. Misalnya:
- Iklan TV yang tayang di prime time,
- Radio spot yang menemani orang saat macet di jalan,
- Billboard raksasa yang berdiri gagah di simpang padat.
Saat brand skincare lokal menayangkan iklan di bioskop sebelum film Marvel dimulai, mereka sedang bermain di ranah ATL. Tujuannya? Menjangkau sebanyak mungkin orang sekaligus.
2. BTL (Below The Line)
BTL lebih tenang, personal, dan mendalam. Ibarat musisi jazz yang tampil di coffee shop—bukan ramai, tapi punya rasa.
Misalnya:
- Mengadakan workshop make-up untuk remaja SMA,
- Bagi-bagi sampling snack gratis di stasiun,
- Kirim brosur personal ke pelanggan lama.
BTL sangat cocok untuk menciptakan interaksi langsung. Orang menyentuh, mencium, merasakan produk—dan ini lebih berkesan daripada sekadar melihat iklan.
3. TTL (Through The Line)
TTL adalah gabungan pintar dari ATL dan BTL. Ini dunia digital. Di sini semuanya bisa diukur, dianalisis, dan dioptimasi.
Bayangkan:
- Kamu melihat iklan fashion di Instagram,
- Klik link ke website brand tersebut,
- Setelah browsing, kamu dapat email diskon,
- Dan beberapa hari kemudian, muncul iklan yang sama di YouTube.
Semua itu terhubung dalam satu skema. Kamu tak sadar, tapi brand sedang “menjagamu” agar tetap dekat.
Penggunaan Strategi 360 Marketing
1. Brand Positioning
Saat brand baru muncul, dia harus “berteriak” dengan cara yang elegan. Kalau hanya muncul di Instagram, audiens bisa lupa. Tapi kalau muncul di media sosial, lalu disusul dengan review YouTuber, muncul di event kampus, lalu muncul lagi di Indomaret saat checkout… barulah posisi brand mulai terasa.
Seperti MS Glow yang menguasai iklan TV, endorse artis, sampai booth di mall—hasilnya, mereka menancap kuat di ingatan publik sebagai skincare lokal premium.
2. Rebranding
Rebranding tanpa strategi 360 itu ibarat ganti nama tapi lupa memberi tahu semua orang.
Ketika Gojek berubah logo dan mulai fokus sebagai ekosistem digital, mereka menggunakan:
- Iklan TV yang emosional,
- Video penjelasan di YouTube,
- Artikel blog dan PR resmi,
- Aplikasi yang diperbarui,
- Sampai merchandise untuk karyawan.
Ini semua bagian dari 360 rebranding yang membuat transformasi terasa alami dan mulus.
3. Introduction New Products or Services
Produk baru sering kali tenggelam karena kurang gaung. Tapi lihat cara Indomie meluncurkan varian “Indomie Real Meat.” Mereka:
- Menyasar YouTube food vlogger,
- Menyediakan tester di minimarket,
- Membuat banner raksasa,
- Dan memanfaatkan Twitter trends.
Produk baru tidak cukup “muncul”—ia harus diorkestrasi untuk dikenalkan dari semua sisi.
4. Prioritize Campaign
Saat momen penting seperti Ramadhan, brand tak boleh setengah-setengah. Harus total.
Lihat saja cara Shopee membuat kampanye besar di bulan suci:
- TVC dengan artis populer,
- Shopee Live 24 jam,
- Promo spesial di aplikasi,
- Dan even digital bareng selebgram.
Strategi 360 membuat audiens merasa “dikelilingi” oleh semangat promosi.
5. Revive Less Performed Products
Kadang ada produk yang “terlupakan.” Tapi dengan storytelling dan pendekatan menyeluruh, produk itu bisa hidup kembali.
Seperti Choki-Choki yang dulu dianggap jajanan anak-anak, kini tampil di media sosial sebagai snack nostalgia—dengan bantuan TikTok challenge, packaging baru, dan kolaborasi digital.
Baca juga : Marketing Mix: Strategi Jitu Biar Bisnis Makin Laku Keras!
Contoh 360 Campaign Marketing
1. Dunkin Donuts: Perluas Pasar Lewat Banyak Arah
Dunkin Donuts ingin menjangkau Gen Z. Tapi caranya bukan hanya pasang iklan doang.
Mereka:
- Bikin TikTok challenge berhadiah,
- Muncul di billboard area kampus,
- Kolaborasi dengan platform food delivery,
- Dan kirim push notification ke pelanggan lama.
Pesan yang disampaikan tetap sama: Dunkin itu seru, kekinian, dan punya rasa baru yang wajib dicoba.
2. Coca-Cola: “Summer of Sharing”
Salah satu kampanye paling legendaris. Coca-Cola menambahkan nama-nama orang di botolnya. Bukan cuma gimmick.
- Orang membeli karena ingin menemukan namanya,
- Mereka posting di media sosial,
- Coca-Cola memfasilitasi dengan hashtag dan mesin interaktif,
- Dan semua itu diiringi oleh iklan TV, YouTube, dan POS (point of sale) di toko.
Ini bukan iklan. Ini pengalaman brand yang hidup.
Terapkan 360 Marketing untuk Promosi Bisnis!
Apakah kamu harus sebesar Coca-Cola dulu baru bisa menerapkan 360 marketing?
Tentu tidak.
Bahkan UMKM dan brand lokal bisa memulai dari versi kecil. Yang penting adalah konsistensi pesan dan keberanian untuk muncul di lebih dari satu tempat.
Contohnya:
- Posting promosi di Instagram,
- Kirim broadcast WhatsApp,
- Cetak flyer untuk ditaruh di toko lokal,
- Dan kerja sama dengan micro influencer.
Tak perlu langsung besar. Mulailah dengan langkah kecil yang strategis.
Siap Membuat Brand Kamu Hadir dari Semua Arah?
Hari ini, konsumen punya banyak pilihan. Tapi brand yang konsisten hadir di setiap sudut kehidupan mereka akan lebih mudah diingat dan dipercaya.
360 marketing bukan soal modal besar. Tapi soal strategi, kreativitas, dan keberanian membangun cerita dari banyak arah. Bangun brand mu, konsultasi gratis dengan CRS Advertising sekarang dengan klik banner di bawah ini!